Pages

Wednesday, February 6, 2013

Kesedihan Mencoba Merapuhkan



Tuhan... kau tidak adil. Kau selalu memberiku rasa sedih dan sakit hati ini. Aku lelah Tuhan... rasanya aku ingin marah dengan apa yang terjadi dihidupku. Tapi aku tau, aku tak punya hak untuk itu. Aku lelah Tuhan... lelah dengan apa yang telah kuterima. Aku lelah dengan skenario ini. Aku bahkan tidak merasa aku kuat menghabiskan cerita ini hingga ending yang entah bagaimana akan tiba. Ah, aku hanya ingin merubah skenario kehidupan ini. Aku hanya ingin merasakan apa yang ingin ku rasakan. Mendapatkan apa yang aku inginkan.

-Apa yang salah? Kenapa harus marah dengan skenario yang telah dibuat Tuhan?


Tuhan.... Kenapa aku yang harus menerima semua ini? Kenapa aku yang harus menderita? Tidakkah kau berikan saja kesedihan ini kepada orang lain diluar sana. Aku jenuh dengan kesedihanku. Hambar rasanya saat kesedihan ini terus melanda tanpa henti. Haruskah aku yang menerima ketidak sukaan hati? Tidakkah ada orang lain yang mungkin sering bahagia lalu merasakan sedih ini sesekali, Tuhan?

-Kenapa saat sedih harus bertanya “Kenapa aku?” kepada Tuhan? Apa saat senangpun bertanya “Kenapa aku?” pada Tuhan?


Aku lelah. Aku jenuh. Aku menyerah dengan rasa sedih. Aku ingin bahagia. Aku ingin tertawa. Tak lagi menangis. Aku ingin senang.... sepanjang hari. Sepanjang hayat. Tanpa henti. Tanpa celah. Bahkan aku rela jika bibir ini tak berhenti melengkung keatas dengan mantapnya. Aku hanya sudah merasa cukup dengan kesedihan sedu yang sudah pernah dan bahkan terlalu sering kurasakan. Bahkan rasanya, aku hampir merasa asing dengan ketidak hadiran kesedihan dihari-hariku.

-Kenapa merasa tak terima dengan rasa sedih? Bukankah senang dan sedih itu diciptakan satu paket?

1 komentar:

Anonymous said...

I think your blog is great for readers and thank you for your blog
poker88

Post a Comment

Kesedihan Mencoba Merapuhkan



Tuhan... kau tidak adil. Kau selalu memberiku rasa sedih dan sakit hati ini. Aku lelah Tuhan... rasanya aku ingin marah dengan apa yang terjadi dihidupku. Tapi aku tau, aku tak punya hak untuk itu. Aku lelah Tuhan... lelah dengan apa yang telah kuterima. Aku lelah dengan skenario ini. Aku bahkan tidak merasa aku kuat menghabiskan cerita ini hingga ending yang entah bagaimana akan tiba. Ah, aku hanya ingin merubah skenario kehidupan ini. Aku hanya ingin merasakan apa yang ingin ku rasakan. Mendapatkan apa yang aku inginkan.

-Apa yang salah? Kenapa harus marah dengan skenario yang telah dibuat Tuhan?


Tuhan.... Kenapa aku yang harus menerima semua ini? Kenapa aku yang harus menderita? Tidakkah kau berikan saja kesedihan ini kepada orang lain diluar sana. Aku jenuh dengan kesedihanku. Hambar rasanya saat kesedihan ini terus melanda tanpa henti. Haruskah aku yang menerima ketidak sukaan hati? Tidakkah ada orang lain yang mungkin sering bahagia lalu merasakan sedih ini sesekali, Tuhan?

-Kenapa saat sedih harus bertanya “Kenapa aku?” kepada Tuhan? Apa saat senangpun bertanya “Kenapa aku?” pada Tuhan?


Aku lelah. Aku jenuh. Aku menyerah dengan rasa sedih. Aku ingin bahagia. Aku ingin tertawa. Tak lagi menangis. Aku ingin senang.... sepanjang hari. Sepanjang hayat. Tanpa henti. Tanpa celah. Bahkan aku rela jika bibir ini tak berhenti melengkung keatas dengan mantapnya. Aku hanya sudah merasa cukup dengan kesedihan sedu yang sudah pernah dan bahkan terlalu sering kurasakan. Bahkan rasanya, aku hampir merasa asing dengan ketidak hadiran kesedihan dihari-hariku.

-Kenapa merasa tak terima dengan rasa sedih? Bukankah senang dan sedih itu diciptakan satu paket?

1 comments:

Anonymous said...

I think your blog is great for readers and thank you for your blog
poker88

Post a Comment